Saturday, October 31, 2009

Ideologi dan Kebangkitan Bangsa; Kemelut Pertikaian Ideologi Bangsa Indonesia

Baru saja kita menyaksikan pelantikan Presiden RI beserta jajaran kabinetnya. Setiap individu, organisasi dan media memberikan komentar-komentar pro-kontra atas Presiden, wapres dan mentri-mentri terpilih. Bahka seseorang yang pernah masuk black list mentri sebelumya, juga ikut terpilih menjadi mentri dalam susunan cabinet RI bersatu jilid dua ini. Aneeh bukan??

Baru saja kita menyaksikan pelantikan Presiden RI beserta jajaran kabinetnya. Setiap individu, organisasi dan media memberikan komentar-komentar pro-kontra atas Presiden, wapres dan mentri-mentri terpilih. Bahka seseorang yang pernah masuk black list mentri sebelumya, juga ikut terpilih menjadi mentri dalam susunan cabinet RI bersatu jilid dua ini. Aneeh bukan??

Ntah apa yang menjadi pertimbangan, dan memang bukan itu yang akan menjadi pembahasan dalam tulisan ini. Tulisan ini hanya mengekspresikan suara hati setelah melihat kemelut pertikaian idiologi yang terjadi di bangsa Indonesia ini. Satu berpihak kepada kemaksiatan, dan yang satu berpihak kepada kebaikan. Pihak A menyebarkan kebaikan dan Pihak B menggembor-gemborkan kemaksiatan. Ironis memang..!!

Hal terpenting yang harus kita pahami sebelum menelusuri lebih jauh faktor-faktor kemajuan suatu bangsa, ialah bahwa suatu bangsa tak akan pernah terpisah dengan idiologi. Yakni, bangsa dan idiologi adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dalam bahasa kita idiologi ini lebih kita kenal dengan istilah AKIDAH[1] .

Akidah memiliki peran penting dalam proses menuju peradaban suatu kaum. Dan setiap bangsa yang telah mengukir peradabannya memiliki akidah yang berbeda. Secara sederhana saya beri contoh sebagai berikut; Yunani mengimani akan kebaharuan alam (hadatsatul alam) dan menafikan tuhan sebagai pencipta. Mesir kuno percaya terhadap roh, hewan serta kekuatan ghaib.

Peradaban Hindu percaya terhadap wujud tuhan yang diklasifikasikan dalam lingkaran dewa-dewa. Dan Persia memiliki akidah paganisme. Demikian juga perjalanan awal Romawi yang meyakini paganisme, dimana kemudian pada awal abad 4 M, akidah bangsa Romawi berubah secara drastis menjadi akidah kristiani. Dan terakhir peradaban abad baru -peradaban Rusia- dan abad Millenium -peradaban Barat- dengan akidah atheismenya.

Jika kita membuat bagan klasifikasi akidah yang muncul di setiap peradaban, maka akidah itu terbagi menjadi dua[2] . Yaitu; pertama aqidah diniyah dan kedua aqidah la diniyah. Aqidah diniyah ialah yang memeprcayai wujud tuhan, terlepas bagaimana deskripsi mereka terhadap zat, bentuk dan eksistensi tuhan tersebut. Akidah ini diwakili oleh semua peradaban yang pernah muncul di dunia, terkecuali Yunani dan Eropa saat ini. Adapun aqidah la diniyah ialah yang tidak mempercayai wujud tuhan. Secara umum, akidah ini diwakili oleh yunani dan Eropa –telepas bahwa ada bibit-bibit kecil dari aqidah diniyah di kedua peradaban tersebut-.

Kemudian, akidah inilah yang nantinya akan mempengaruhi orientasi bangsa pemakmur peradaban tersebut. Bagi bangsa penganut aqidah diniyah, mereka menyatukan agama dengan aktivitas keseharian. Dan mereka beranggapan bahwa bentuk pengabdian manusia terhadap tuhannya adalah dengan menyembahnya dan menjalani hidup sesuai rambu-rambu yang telah ditetapkan olehnya. Sehingga aktivitas mereka terorientasi pada dua alam, saat hidup dan setelah kehidupan.

Dari sini muncul paham dialektika (keterkaitan) amal duniawi dengan ganjaran ukhrawi. Dengan dialektika tersebut tercipta secara sendirinya kesungguhan aktivitas serangkai dengan kesabaran, ketundukan, kearifan dan kejujuran, yang akhirnya IMAN mereka terhadap tuhan-tuhan mereka menjadi “tim audit” aktivitas keseharian mereka, tanpa harus ada pengawasan ketat dari MA, Aparat Kepolisian atau KPK. Pada detik ini ketentraman hidup adalah out put yang mereka nikmati, dimana hal itu mempercepat proses kebangkitan mereka.

Sedangkan bagi bangsa penganut aqidah la diniyah, mereka memisahkan agama dari kehidupan, bahkan menafikan adanya agama. Atas landasan berfikir ini mereka berpendapat bahawa manusia sendiri yang berhak membuat rambu-rambu hidupnya. Dan mereka menganggap dunia ialah satu-satunya alam tempat menanam dan memetik. Tidak sedikit pun kata akhirat tersirat dalam hati mereka. Tentang hal ini al-Quran mengabarkan tipe manusia seperti mereka:

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ.......

Namun al-Quran tidak tinggal diam, melainkan me-raad (mengkritisi( anggapan mereka dengan pernyataan:

وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ.......الجاثية: 24)

Karena mereka berkeyakinan bahwa kehidupan hanya terbatas pada teritorial alam dunia. Maka orientasi awal mereka adalah Mencari kebahagiaan sebanyak mungkin selama hidup di dunia. Mencari kekayaan dan kemewahan tanpa batas. Segala perbuatan harus mengandung keuntungan, bahkan relakan aktivitas lain sekiranya tiada mendatangkan keuntungan. Dengan demikian terlahir spirit merauk materi sebanyak-banyaknya. Yang mana hal itu juga mempercepat kebangkitan mereka.

Sampai sini, saya simpulkan, bahwa suatu bangsa yang tidak memiliki idiologi yang jelas, maka tidak akan mampu membangun peradabannya. Dia hanya akan menjadi bangsa “pengekor” peradaban-peradaban yang ada. Bangsa yang plin plan mengkuti arah angin bertiup.

Jepang, Cina dan Iran yang saat ini mulai berada di tepi garis kebangkitan menyaingi Amerika dan Eropa, adalah bangsa-bangsa yang memiliki akidah yang jelas –terlepas akidah mereka adalah syi’ah dan atheis[3] - , namun keduanya mewakili 2 idiologi yang ada, diniyah dan la diniyah.

Adapun negara yang tidak memiliki akidah yang jelas atau negara yang memiliki penduduk dengan variasi akidah yang sangat mencolok, maka akan terjadi saling sabot anatar keyakinan yang berujung pada pro-kontra penetapan sistem kenegaraan, ekonomi, sosial, undang-undang dan lain sebagainya, padahal sistem itu memiliki peran penting dalam perputaran roda kebangkitan.

Hal ini hanya menimbulkan perang kepentingan dan keyakinan pada setiap butir-butir pematangan keputusan kenegaraan [4]. Walakhir, bangsa itu hanya diurung pertikaian ide-ide ke-idiologi-an, yang sudah pasti akan menghambat kemajuan. Wallhu ‘alma bisshowab

Catatan :

[1] Akidah yang saya maksud ialah: apa yang dipercayai oleh manusia terkait ada atau tidaknya Tuhan.

[2] Malik Bin Nabi, Zhahirah Quraniyah, Mazhan dini wa mazhab maddi.

[3] Agama Shinto di jepang telah dihapuskan dari agama resmi negara pasca perang dunia ke satu.

[4] Konfrontasi idiologi adalah sunnah kehidupan, sesuai apa yang dikabarkan al-Quran. Jadi sama sekali kita tidak akan bisa keluar dari sunnah ini.

Makna Yerusalem bagi seorang Muslim

Masjid Suci hanya berada di tanah suci. Bila Masjidil Haram berada di tanah Makkah, dan Masjid Nabawi berada di tanah Madinah, maka bagaimana mungkin Masjidil Aqsha dipisahkan dari tanah Yerusalem, Al Quds. Tetapi lihatlah kondisi sekarang. Lihatlah bagaimana Umat Islam memperlakukan ketiga masjid ini.


Ketika tulisan ini dibuat, sekelompok muslim sedang berdiam diri di dalam Masjidil Aqsha. Yang dilakukan oleh sekelompok muslim ini hanya berdiam diri di dalamnya, layaknya i'tikaf. Tetapi i'tikaf ini bukan dalam rangka hari-hari terakhir Ramadhan, karena momentum maha penting yang diharapkan merubah keadaan Umat Islam itu sudah berlalu, dan sedang bergerak ke momentum maha penting lainnya, yaitu Haji.

Bila seorang muslim melakukan i'tikaf di Bulan Ramadhan karena ingin bersungguh-sungguh sebelum Bulan ALLAH itu berpisah dengan dirinya, maka sekelompok muslim yang saat ini berdiam diri di dalam Masjidil Aqsha sedang bersungguh-sungguh pula menjadi tameng bahkan kalau perlu sebagai martir sebelum mereka benar-benar berpisah dengan Masjid Suci ini.

Masjid Suci hanya berada di tanah suci. Bila Masjidil Haram berada di tanah Makkah, dan Masjid Nabawi berada di tanah Madinah, maka bagaimana mungkin Masjidil Aqsha dipisahkan dari tanah Yerusalem, Al Quds. Tetapi lihatlah kondisi sekarang. Lihatlah bagaimana Umat Islam memperlakukan ketiga masjid ini.

Sebentar lagi kita akan melihat berbondong-bondong Umat Islam bergerak ke Madinah dan Makkah. Mereka akan bersungguh-sungguh mencari keutamaan di kedua tanah ini, shalat di Masjid Nabawi dan Haji di Baitullah. InsyaALLAH tidak ada yang menghambat gerak mereka. Tidak ada yang menghadang kedatangan mereka. Pintu masuk Masjidil Haram dan Masjid Nabawi itu terbuka untuk setiap manusia yang sudah tidak membawa identitas lain selain kalimat tauhid sebagai identitas tunggal mereka.

Tetapi ada yang berbeda dengan Masjid Terjauh itu. Umat Islam dihadang bila ingin memasukinya. Setiap gerak umat yang mengarah ke Masjid Suci ini dihambat dengan barikade rapat penuh ancaman. Sejak radius 200 km dari Masjid Suci ini barikade sudah disiapkan untuk menghalangi setiap muslim yang bergerak bahkan dengan berjalan kaki, hanya untuk berziarah ke masjid ini, ingin melihat bagaimana kabar Al Aqsha saat ini. Yang diperbolehkan memasuki masjid ini hanya mereka yang berusia 50 tahun ke atas, itupun hanya mereka yang sudah 'terlanjur' bermukim di Yerusalem. Di sekitar masjid tanah sudah dikeruk untuk mempersiapkan bangunan baru. Di bawah masjid penggalian sudah tak terhitung jari hingga menimbulkan keretakan yang tak terhitung pula. Mereka yang pernah mempelajari fisika tidak akan ragu, bahwa hanya dengan sedikit 'sentuhan' lagi, maka bangunan yang tegak di atas galian itu akan berubah menjadi puing-puing. Ini hanya persoalan menunggu waktu yang tepat agar kejadian itu kelak menjadi sebuah 'pertunjukan'.

Bila Umat Islam adalah umat yang tidak membedakan para nabi, maka bagaimana mungkin mereka melupakan bahwa hampir semua nabi yang diceritakan Al Quran pernah bermukim di Yerusalem. Mengetahui bahwa Masjid Suci ini adalah kiblat pertama Umat Islam ternyata belum cukup menyadarkan umat bahwa hendaknya mereka meletakkan pembebasan Al Aqsha pada baris pertama agenda perjuangan mereka. Ternyata pesan Rasulullah SAW bahwa lakukanlah perjalanan pada Tiga Masjid Suci belum cukup menjadi motivasi bagi umat agar suatu saat kaki ini harus menginjak ketiga tanah suci itu dan kening ini harus sujud di ketiga tanah suci itu.

Sungguh aneh bila 15 juta bangsa Yahudi merasa lebih memiliki Yerusalem ketimbang 1,5 milyar Umat Islam yang kebanyakan saat ini hanya menonton saudara-saudara mereka yang berjumlah 7 juta sudah terusir dan harus mengungsi meninggalkan rumah mereka, karena sejak 60 tahun lalu hingga sekarang, separuh populasi Yahudi dunia itu sudah bermigrasi dan merampas tanah itu dari pemiliknya.

Adakah ini konflik tanah belaka ? Adakah ini persengketaan tanah belaka ? Adakah ini persoalan penjajahan semata ? Sadarlah wahai muslim ! Bangunlah wahai muslim yang memiliki akal ! Mereka yang merampas Al Aqsha tidak pernah menyebutnya sebagai Masjid Suci. Mereka memanggilnya dengan The Third Temple. Mereka ingin membangun kembali kuil mereka setelah dua kali dihancurkan oleh Babilonia dan Romawi. Mereka sedang menanti Mesiah mereka, Raja mereka yang menurut mereka adalah Raja yang dijanjikan. Dan bagi kita yang muslim, Raja mereka itu adalah Dajjal, makhluk yang ALLAH ciptakan agar kelak ketika ia sudah dalam dimensi waktu yang sama dengan kita, maka dia inilah yang akan menipu manusia dengan mempersonifikasikan dirinya sebagai Isa as, Al Masih sebenarnya.

Sadarlah wahai muslim ! Bangunlah wahai muslim yang memiliki akal ! Mereka yang merampas Yerusalem itu menyebut kaum muslimin dengan Gog and Magog (Ya'juj dan Ma'juj). Mereka mendefinisikan kaum muslimin sebagai kaum perusak yang akan menyulitkan mereka di akhir zaman. Sungguh sudah banyak studi bahwa justru Ya'juj dan Ma'juj itu adalah orang-orang Zionis yang kita kenal saat ini. Bangsa Yahudi saat ini kebanyakan bukanlah bangsa Bani Israil keturunan Nabi Ya'qub itu. Kebanyakan mereka yang saat ini mengaku Yahudi dan Zionis adalah keturunan Bangsa Khazar dari pegunungan Kaukasus yang dengan misterius kemudian memeluk Yahudi. Ciri khas pada wajah mereka adalah ciri khas bangsa Khazar. Mereka inilah sang perusak. Mereka adalah kaum yang sama tatkala memulai Perang Salib. Mereka adalah kaum yang sama tatkala mencuri Yerusalem dari Khilafah Utsmani. Mereka adalah kaum yang sama yang memantik Perang Dunia.

Mereka adalah kaum yang sama ketika Peristiwa Nakba terjadi. Mereka adalah kaum yang sama yang saat ini menggenggam dunia dalam rangka mempersiapkan kembali masa keemasan. Menguasai dunia dari Yerusalem seperti dahulu Nabi Sulaiman dengan kerajaannya. Simaklah studi Syeikh Imran Hosein mengenai masalah ini. Perhatikanlah peringatan Syeikh Safar Al Hawali yang karena mengungkap belitan zionis di Semenanjung Arabia, maka ia dicopot dari jabatan Pimpinan Fakultas Akidah Universitas Ummul Qura di Makkah.

Lalu masihkah engkau berpikir ini persoalan sebagaimana yang berusaha mereka tampilkan di media-media yang sudah mereka kuasai ? Masihkah ini persoalan sebagaimana ia terlihat ? Ini adalah persoalan akidah ! Ini adalah persoalan kaum yang melempar Taurat dan menggenggam Talmud meyakini apa yang ada di genggaman mereka dan sedang bergerak menggapai tujuan mereka. Lalu bagaimana mungkin seorang muslim tidak pula menjadikan persoalan ini sebagai bentuk keyakinan mereka pada Al Quran dan Al Hadits lalu bergerak pula untuk memenangkan Kalimat ALLAH ini. Bila kita mengaku sebagai pengikut Rasulullah SAW, maka terimalah hadits – hadits darinya, termasuk hadits mengenai keadaan akhir zaman, keadaan Kaum Muslimin dan Yahudi, dan keadaan Bumi Palestina yang saat ini dikenal.

Sudah cukup Umat Islam terbawa aturan main musuhnya sendiri. Sudah cukup Umat Islam berjalan di muka bumi tanpa agenda yang jelas, sibuk mengikuti agenda musuh mereka. Dajjal itu sudah memasuki hampir setiap pelosok dunia ini. Jangan cari wujudnya, lihat bekasnya. Sistem Dajjal sudah mencengkeram dunia, bahkan diadopsi oleh sebagian besar kaum muslimin sendiri. Belum cukupkah ini menunjukkan betapa Saat itu telah dekat ?

Sungguh Ya Muslim, kita adalah count down generation. Akhir Sejarah itu sudah dalam hitungan mundur. InsyaALLAH kita adalah saksi dari episode Akhir Zaman itu. Danau Tiberias itu sudah mencapai level terendah sepanjang sejarah. Tahukah engkau apa episode yang menunggu bila danau itu mengering ? Kapan engkau akan bangun Ya Muslim, Ya Ummatul Wahidah !

Oh Al Aqsha, betapa mulianya dirimu. Bouraq ditambatkan di tembokmu. Rasulmu naik hingga langit ketujuh dari batu yang ada di halamanmu. Baitul Ma'mur tegak lurus berada di atasmu. Seluruh Nabi dan Rasul shalat di hamparanmu dengan Rasul junjunganmu sebagai imamnya. Engkau menjadi saksi perintah shalat diturunkan sebagai tiang agama umat harapanmu. Engkau pula yang kelak akan menjadi saksi betapa Kalimat ALLAH itu akan menang jua.

Bumi Al Quds selalu menjadi bumi ujian. Dan ia juga menjadi ujian bagi Kaum Muslimin, siapa di antara mereka yang termasuk dalam kelompok yang dijanjikan Rasulullah SAW. Kelompok yang selalu ada hingga akhir zaman untuk memerangi mereka yang berusaha memadamkan Cahaya ALLAH. Wahai muslim, ketimbang engkau sibukkan diri dengan rencana membangun rumah duniamu, kenapa tidak dari sekarang engkau rencanakan dan tetapkan kapan kakimu akan menginjak Bumi Al Quds dan menegakkan Bendera Tauhid itu di sana ?

“Kalau hal itu merupakan harta dunia yang mudah dan perjalanan yang dekat, niscaya mereka mengikutimu. Namun tempat yang dituju itu sangat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan nama ALLAH, “Jikalau kami sanggup, niscaya kami berangkat bersama-sama kamu.” Mereka membinasakan diri sendiri. ALLAH mengetahui sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. “ (Q.S. At Taubah 42)

“Maka bersabarlah kamu. Sesungguhnya janji ALLAH adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini itu menggelisahkan kamu. “ (Q.S. Ar Ruum 60)

AKHIRNYA

YA.....akhirnya penegn buat blog dan nulis lagi.....setelah sekian lama berhenti.... dan blog yang dulu hilang......niatan itu muncul....
tunggu postingan berikutnya.....oke